06.07
Cafe Entrepreneur
Gaya kepemimpinan di perusahaan yang tumbuh besar mengutamakan arah yang jelas, penyelarasan dan sinergi fungsi-fungsi organisasi, tim yang kuat dan solid, serta employee engagement yakni karyawan dengan semangat memberikan kontribusi terbaik bagi perusahaan. Pernyataan ini dilontarkan Maspiyono Handoyo (biasa dipanggil Yon Handoyo), Chief Executive Officer PT Fonterra Brands Indonesia (FBI), saat menjadi pembicara bertema kepemimpinan di depan mahasiswa Binus Business School.
CEO di perusahaan susu asal Selandia Baru itu telah membuktikan kata-katanya dengan mencetak pertumbuhan revenue 100% lebih sejak memimpin perusahaan ini pada 2007. FBI yang beroperasi di Indonesia sejak 1996 saat ini memiliki beberapa anak usaha. Di antaranya Fonterra Ingredient yang menyediakan susu bubuk; Global Food Service Business yang menyuplai banyak restoran di dunia; dan FBI, yang eksis di Indonesia melalui merek andalannya yaitu Anlene, Anmum, Boneeto dan Anchor.
Yon mengatakan, selama beroperasi di Indonesia, FBI berkembang pesat dan selalu tumbuh di atas rata-rata industri. “Key driver pertumbuhan bisnis mencakup inovasi produk berkesinambungan yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, investasi pada brand & people, serta excellent execution. Fonterra bisa mencapai titik ini karena kami memiliki gaya kepemimpinan yang kuat,” tuturnya.
Sebelum bergabung dengan FBI¸ Yon sempat menjabat sebagai Wapresdir Pemasaran Bank Internasional Indonesia. Yon lantas bergabung dengan FBI pada akhir 2006 sebagai Direktur Pemasaran. Empat bulan kemudian, persisnya April 2007, ia dipromosikan menjadi Presdir di perusahaan dengan total revenue NZD 17 miliar (17 miliar dolar Selandia Baru) itu.
Yon pun mencetak sejarah baru: dialah orang lokal pertama yang dipercaya memimpin perusahaan multinasional tersebut di Indonesia. Keputusan itu sejatinya tak mengherankan karena Yon telah berpengalaman di industri susu selama lebih dari 20 tahun, yakni di PT Nutricia Indonesia Sejahtera dan PT Wyeth Indonesia.
Yon lantas menggebrak. Salah satunya ketika meluncurkan Anmum, susu ibu hamil, ibu menyusui dan susu bayi. Untuk mendongkrak kinerja Anmum, FBI merekrut 40 orang. “Ini big change karena tidak hanya pendekatan dari sisi consumer goods tapi juga medical salesman, dan customer relationship management,” ujar Yon.
Demikian juga ketika ia mengelola Food Service Business (FSB) yang menangani penjualan mentega, keju dan krim untuk memasak dsb. Di FSB, sebelumnya distributor memegang kendali besar. Di bawah kepemimpinan Yon mulai tahun lalu, ia melakukan reorganisasi dengan merekrut beberapa manajer key account dan memperkenalkan trade marketing. “Fonterra membentuk kapabilitas baru di bidang chef untuk memberikan nilai tambah ke pelanggan dengan menciptakan menu baru. Ini another big change sistem organisasi yang kami lakukan,” kata Yon. Hasilnya, produk FSB seperti mentega dan krimer bermerek Anchor saat ini menguasai pasar di industri bakery dan nomor dua di industri hotel, restoran dan kafe.
Demikian pula ketika menggebrak pasar dengan peluncuran produk Anmum Esensial yang mengusung diferensiasi sebagai produk susu tanpa gula tambahan. “Kami ingin mencontoh kesuksesan kampanye osteoporosis,” ujarnya. Di sisi pemasaran, ia selalu memonitor perkembangan merek-merek. Yang diukur dari segi awareness produk ataupun periklanan. Kompetitor pun diawasi melalui lembaga survei seperti Nielsen Retail Audit. “So many riset pemasaran yang kami lakukan untuk make sure brand ini terus di jalur yang tepat,” papar alumni Pemasaran Internasional dari Export-Akademie Baden Wurtermburg, Reutlingen, Jerman, dan MBA Manajemen Internasional dari Prasetiya Mulya Business School ini.
Untuk mengerahkan anak buahnya mengeksekusi berbagai ide tersebut, Yon fokus pada engagement karyawan. Dijelaskannya, program global Fonterra dari hasil survei lembaga internasional Golub Survey tahun 2010, karyawan FBI mendapatkan skor tertinggi yakni 4,67 (skala 1-5) dari total 140 perwakilan lain di dunia. “Indeks di atas 4,4 sudah dianggap perusahaan kelas dunia. Tahun sebelumnya (2009) nilai kami cuma 3,9,” ungkap pria kelahiran 3 Oktober 1965 itu.
Di mata anak buahnya, Yon digambarkan sebagai pemimpin yang transformasional. “Gaya kepemimpinannya mengedepankan perubahan dalam strategi dan visi perusahaan, serta senantiasa memberikan tantangan pada organisasi untuk berinovasi baik dalam produk maupun proses bisnis,” ujar Riza Ferdiansah Fachri, Manajer Pemasaran Perdagangan Nasional FBI. Kelebihan lainnya, Yon mampu menyeimbangkan antara tantangan untuk bertransformasi dan berinovasi dengan mempertahankan kesederhanaan (simplisitas) dalam pengembangan proses bisnis. “Hal ini menurut saya krusial dalam pengembangan korporasi, baik jangka menengah maupun jangka panjang,” imbuh Riza.
Seingat Riza, salah satu inisiatif Yon adalah dengan membentuk gugus tugas lintas fungsi dan departemen. “Secara signifikan, hasilnya dapat terlihat dalam proses pengambilan keputusan yang lebih efektif, berbagai output yang berdampak komersial lebih signifikan, dan tingkat keterlibatan karyawan lebih tinggi yang menjadikan budaya dalam organisasi ini sejalan dengan gaya kepemimpinan beliau,” Riza menjabarkan.
Bagus Kuncoro, Direktur SDM & Corporate Affairs FBI, mengakui kepiawaian Yon dalam menggebrak pasar. “Beliau juga merupakan inisiator peluncuran Anmum System di Indonesia, yang di dalamnya terdapat produk susu bayi dan susu pertumbuhan anak. Perubahan dan pembentukan organisasi, khususnya di Divisi Consumer Sales, Medical Sales dan Foodservices adalah buah dari inisiatif dan dorongannya,” Bagus menguraikan. Hasilnya pun jelas. Sejak dipimpin Yon, FBI berkembang pesat. “Dari perusahaan dengan revenue US$ 50 juta menjadi perusahaan dengan revenue lebih dari US$ 150 juta, dan profit lebih dari dua digit,” kata Bagus.
Thursday, December 8th, 2011
Dikutip dari : swa.co.id
0 komentar:
Posting Komentar