17.43
Cafe Entrepreneur
Pasar dalam negeri belum tergarap. Sebab masih sedikit pengusaha di bidang kecantikan.
Berkutat di laboratorium kimia ternyata tidak membosankan. Paling tidak, demikian yang dirasakan Anita Trisusilowati. Bermula dari hobinya berkutat dengan preparat dan beberapa alat kimia lain, Anita jadi dikenal sebagai ahli mencipta wewangian. Ia bahkan bisa mengubah perasaan seseorang hanya dengan ruap wangi.
Hal itu yang kemudian ia jadikan profesi. Sebagai sarjana teknik kimia, Anita mahir meracik jenis minyak aroma terapi menjadi sebuah produk yang menjanjikan. Ia mewadahi usahanya dengan nama UKM Cakra Cakrawala Persada. Kantor usahanya berada di Jalan Gubeng Kertajaya Raya XIII Raya No 20-23, Surabaya.
Strategi penjualannya melampaui batas-batas negara. Produknya bahkan diminati negara-negara lain, selain tentunya konsumen lokal. Dari tangannya lahir produk aroma terapi seperti lilin, minyak aroma terapi, dupa, lulur, serta produk kecantikan lainnya.
Awalnya, ibu dua anak ini tidak menyangka bisnis aroma terapi yang dijalaninya bisa mendatangkan keuntungan yang menjanjikan. Mulai merintis usaha pada 2000, Anita hanya mengeluarkan uang Rp 5 juta.
Dari pengetahuan dan keahliannya dalam bidang kimia, Anita dengan sabar berdiam di laboratorium mencari racikan yang paling pas.
Anita terus mengembangkan produk aroma terapinya. Ia tidak mau pelanggannya bosan dengan produk yang ia tawarkan. Hasilnya, dari 80 jenis produk yang ia kembangkan, sekarang sudah mencapai ribuan jenis. Sebuah angka yang fantastis. Stok yang melimpah otomatis membuat perputaran bisnisnya makin besar. "Sebulan bisa mencapai Rp 200 juta," katanya.
Daerah pemasarannya tak hanya Surabaya, tapi juga merambah ke kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Anita mengekspor produknya ke Jepang, Eropa, dan Australia. Konsumen luar negeri lebih menyukai produk kecantikan beraroma unik seperti rempah-rempah, sedangkan kebanyakan konsumen Indonesia banyak yang senang terhadap aroma segar seperti buah.
Pada saat krisis seperti sekarang, saat pasar Amerika dan Jepang lesu, ia punya strategi mengembangkan pasar dalam negeri. Baginya, hanya perlu bersabar dan melihat peluang dengan membuka gerai-gerai baru sendiri selain pesanan dari salon dan toko kecantikan.
Agar menjangkau seluruh kalangan, ia membuat variasikan harga produk yang dilabeli merek Cakra, antara Rp 5.000 per item, hingga yang berharga ratusan ribu. Paket-paket pernikahan lengkap tak lupa ia kembangkan, dengan harga jutaan rupiah. "Paketan harganya lebih murah dan biasanya laris saat musim pernikahan," katanya.
Anita yang punya pengalaman dalam penjualan online, memakai jasa internet untuk memamerkan dan memasarkan barangnya. Biasanya ia dan konsumen berhubungan lewat email. Memasarkan produk di dunia maya, menurutnya jauh lebih murah dibandingkan beriklan di tempat lain.
Kalau calon pembeli setuju akan langsung dikirim. "Kalau ekspor biasanya dikirim bersama produk pengusaha lain yang dikoordinasikan satu eksportir," ujarnya.
Cara ini cukup efektif saat usaha yang kini memiliki puluhan tenaga kerja menghadapi kendala sulitnya bahan baku impor dan kurang permodalan. Bersama beberapa usaha lain di daerahnya, ia kemudian menjadi mitra binaan perusahaan Badan Usaha Milik Negara. Wanita berparas ayu ini rajin mengikuti pelatihan dari pemerintah daerah agar tetap bertahan.
Dia optimistis pasar dalam negeri belum tergarap, sebab tidak banyak pengusaha yang konsentrasi penuh di usaha kecantikan. Dalam berusaha, Anita memiliki prinsip harus sesuai dengan standar pelayanan dan tepat waktu.
Selain itu, seorang pengusaha harus jeli melihat pasar. Siap rugi kalau penelitian produk barunya gagal. "Kalau untuk usaha dari hobi, kegagalan tidak membuat menyerah," ujar dia.
Strategi penjualannya melampaui batas-batas negara. Produknya bahkan diminati negara-negara lain, selain tentunya konsumen lokal. Dari tangannya lahir produk aroma terapi seperti lilin, minyak aroma terapi, dupa, lulur, serta produk kecantikan lainnya.
Awalnya, ibu dua anak ini tidak menyangka bisnis aroma terapi yang dijalaninya bisa mendatangkan keuntungan yang menjanjikan. Mulai merintis usaha pada 2000, Anita hanya mengeluarkan uang Rp 5 juta.
Dari pengetahuan dan keahliannya dalam bidang kimia, Anita dengan sabar berdiam di laboratorium mencari racikan yang paling pas.
Anita terus mengembangkan produk aroma terapinya. Ia tidak mau pelanggannya bosan dengan produk yang ia tawarkan. Hasilnya, dari 80 jenis produk yang ia kembangkan, sekarang sudah mencapai ribuan jenis. Sebuah angka yang fantastis. Stok yang melimpah otomatis membuat perputaran bisnisnya makin besar. "Sebulan bisa mencapai Rp 200 juta," katanya.
Daerah pemasarannya tak hanya Surabaya, tapi juga merambah ke kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Anita mengekspor produknya ke Jepang, Eropa, dan Australia. Konsumen luar negeri lebih menyukai produk kecantikan beraroma unik seperti rempah-rempah, sedangkan kebanyakan konsumen Indonesia banyak yang senang terhadap aroma segar seperti buah.
Pada saat krisis seperti sekarang, saat pasar Amerika dan Jepang lesu, ia punya strategi mengembangkan pasar dalam negeri. Baginya, hanya perlu bersabar dan melihat peluang dengan membuka gerai-gerai baru sendiri selain pesanan dari salon dan toko kecantikan.
Agar menjangkau seluruh kalangan, ia membuat variasikan harga produk yang dilabeli merek Cakra, antara Rp 5.000 per item, hingga yang berharga ratusan ribu. Paket-paket pernikahan lengkap tak lupa ia kembangkan, dengan harga jutaan rupiah. "Paketan harganya lebih murah dan biasanya laris saat musim pernikahan," katanya.
Anita yang punya pengalaman dalam penjualan online, memakai jasa internet untuk memamerkan dan memasarkan barangnya. Biasanya ia dan konsumen berhubungan lewat email. Memasarkan produk di dunia maya, menurutnya jauh lebih murah dibandingkan beriklan di tempat lain.
Kalau calon pembeli setuju akan langsung dikirim. "Kalau ekspor biasanya dikirim bersama produk pengusaha lain yang dikoordinasikan satu eksportir," ujarnya.
Cara ini cukup efektif saat usaha yang kini memiliki puluhan tenaga kerja menghadapi kendala sulitnya bahan baku impor dan kurang permodalan. Bersama beberapa usaha lain di daerahnya, ia kemudian menjadi mitra binaan perusahaan Badan Usaha Milik Negara. Wanita berparas ayu ini rajin mengikuti pelatihan dari pemerintah daerah agar tetap bertahan.
Dia optimistis pasar dalam negeri belum tergarap, sebab tidak banyak pengusaha yang konsentrasi penuh di usaha kecantikan. Dalam berusaha, Anita memiliki prinsip harus sesuai dengan standar pelayanan dan tepat waktu.
Selain itu, seorang pengusaha harus jeli melihat pasar. Siap rugi kalau penelitian produk barunya gagal. "Kalau untuk usaha dari hobi, kegagalan tidak membuat menyerah," ujar dia.
Sumber : VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar